Efisiensi Pengelolaan Obat Menggunakan Pendekatan Lean Management di Instalasi Farmasi dan Sterilisasi RS Akademik UGM

  • Taufiqurohman Taufiqurohman RS Akademik UGM
Keywords: pengelolaan obat, indikator, identifikasi waste, RS Akademik UGM

Abstract

Latar Belakang: Pengelolaan obat terdiri dari beberapa tahap yang saling terkait satu sama lainnya. Pengelolaan obat ini juga harus terkoordinasi dengan baik agar dapat berfungsi secara optimal, sehingga rumah sakit dapat melakukan pemantauan dan evaluasi sistem pengelolaan obat yang berkelanjutan untuk menjaga kualitas pelayanan terapi.
Tujuan: Untuk mengetahui kinerja pengelolaan obat pada tahap seleksi, perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi serta melakukan identifikasi waste yang menyebabkan terjadinya inefisiensi pengelolaan obat di Instalasi Farmasi dan Sterilisasi di Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM).
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan pada proses pengelolaan obat untuk mengidentifikasi waste dan indikator pengelolaan obat. Indikator pengelolaan obat menggunakan indikator WHO (1993), indikator Depkes (2008) dan indikator yang dikembangkan oleh Pudjaningsih (1996).
Hasil: Indikator pengelolaan obat telah sesuai standar dalam hal dana yang tersedia dengan keseluruhan dana yang dibutuhkan (100%), alokasi dana pengadaan (33,05%), kesesuaian pengadaan dengan kenyataan pakai untuk masing-masing item (100,75%) dan rata-rata tingkat ketersediaan obat (17,34 bulan). Indikator yang belum sesuai standar yaitu kesesuaian obat yang tersedia dengan Daftar Obat Esensial Nasional (62,51%), frekuensi pengadaan tiap item obat rendah (10 kali), frekuensi kesalahan faktur (0,58%), persentase nilai obat yang rusak dan kadaluwarsa (4,71%), kecocokan jumlah item obat dengan kartu stok (96,60%), turn over ratio (6,6 kali) dan stok mati (7,89%). Separoh menilai waste pengelolaan obat di Instalasi Farmasi dan Sterilisasi jarang terjadi (51%), dan proporsi yang menilai waste tidak pernah dan kadang-kadang, sering dan sangat sering adalah sebesar 18%, 10%, dan 3% secara berturutan. Waste yang termasuk sering dan sangat sering terjadi adalah waste of motion, waste of waiting, waste of under-utilized staf dan waste of excess processing.
Kesimpulan: Instalasi Farmasi RSA UGM telah mencapai standar indikator pengelolaan obat pada tahap perencanaan. Namun pada tahap seleksi, pengadaan, dan penyimpanan masih belum mencapai standar. Pengelolaan obat di Instalasi Farmasi dan Sterilisasi masih belum efisien pada beberapa proses dan hal ini memerlukan perbaikan ke depan.

Downloads

Download data is not yet available.
Published
2021-02-04